Bagnaia Jadi Penumpang dari Motornya Sendiri di Sprint Mandalika
Francesco Bagnaia menjalani Sprint Race yang berat di Grand Prix Indonesia.

Francesco Bagnaia merasa "penumpang" di atas motor GP25-nya saat sprint di Grand Prix Indonesia karena sesuatu yang "di luar kendalinya".
Juara dunia dua kali itu menikmati peningkatan performa dramatis saat mendominasi Grand Prix Jepang akhir pekan lalu, memunculkan prospek akan kebangkitan nyata di fase akhir musim 2025.
Namun, akhir pekan Grand Prix Indonesia kembali membawanya ke performa sebelum Jepang. Pecco gagal lolos dari Q1, hanya berada di P16 grid, dan finis terakhir di Sprint Race, hampir 30 detik tertinggal dai Marco Bezzecchi.
Bagnaia mengatakan Ducati yang ia gunakan akhir pekan ini "secara teoritis" sama seperti Motegi, tetapi mengalami guncangan hebat saat Sprint Race. Alhasil, kecepatan rata-ratanya hampir dua detik per putaran lebih lambat daripada Marco Bezzecchi di barisan depan.
"Saya tidak sedang berkendara. Saya hanya penumpang di motor saya. Saya tidak bisa mengendalikan apa pun," katanya. "Saya mengalami gerakan. Saya rasa empat kali saya tiba di tikungan pertama dan tikungan ke-10 tanpa rem.
"Tiga kali saya harus menutup gas, tiga kali goncangan. Jadi, sulit membayangkan balapan seperti ini, akhir pekan seperti kemarin, mengingat apa yang terjadi seminggu yang lalu.
"Untungnya seminggu yang lalu kami menjalani akhir pekan balapan seperti ini, karena dengan begini semua keraguan yang dimiliki orang-orang hilang.
"Jadi, saya tidak punya apa-apa lagi untuk ditunjukkan musim ini. Itulah satu-satunya situasi di mana saya merasa baik, ketika saya mengendarai motor, saya memenangkan segalanya.
"Jadi, sekarang saya kembali ke perasaan Misano dan sisa musim ini.
"Hari ini, bagi saya, baru saja berakhir. Saya finis 30 detik dari posisi terdepan, 13 detik dari posisi kedua terakhir. Sulit dibayangkan."
Ketika ditanya apakah ada masalah teknis, ia menjawab: "Saya rasa itu bukan masalah teknis. Saya rasa itu lebih merupakan hal lain yang berada di luar kendali saya."
Konstruksi ban jadi akar masalah Bagnaia?
Terakhir kali Bagnaia mengeluhkan guncangan pada GP25-nya dan kesulitan berakselerasi adalah Grand Prix Austria, balapan terakhir di mana konstruktor ban belakang Michelin yang lebih kaku digunakan.
Ketika ditanya apakah perasaannya sama seperti di Austria, ia berkata: "Tepat."
Ia menambahkan: "Saya tidak bisa mengerem lebih keras karena saya kehilangan kendali bagian depan hampir di setiap tikungan lagi.
"Saya tidak bisa membuka gas karena motor saya banyak berputar. Saya tidak bisa berakselerasi dengan baik karena motornya banyak berguncang. Jadi, aneh."
Bagnaia bingung menjelaskan apa yang sedang terjadi, sambil menekankan bahwa di Jepang ia telah menunjukkan semua yang mungkin ia mampu.
"Saya juga tidak memahaminya," katanya. "Saya pikir saya datang ke sini dengan hal yang sama seperti di Motegi, karena memang benar di Motegi kami melakukan banyak hal dengan motor.
"Dan sekarang, secara teori dengan motor yang sama, motornya tidak berfungsi dan sama seperti sebelumnya. Jadi, saya tidak mengerti.
"Ini lebih merupakan rasa frustrasi karena saya tidak punya apa-apa lagi untuk ditunjukkan.
"Saya telah menunjukkan kemampuan saya seminggu yang lalu. Saya frustrasi karena seminggu yang lalu saya menang dan hari ini saya finis di posisi terakhir.
"Dan saat kualifikasi, saya memaksakan diri untuk finis di posisi ke-16. Jadi, ada sesuatu yang tidak berfungsi lagi."